BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Selasa, 29 November 2011

Suasana Libur di Pondok Pesantren

oleh: Noer Alfah

Saat jarum jam menunjukkan tepat pukul tiga pagi alarm pun berbunyi keras, hingga membuatku terbangun dari tidur. Kulihat teman-teman sekamar belum ada yang terbangun, kubangunkan mereka dengan seruan yang cukup lembut, hingga akhirnya satu per satu dari mereka terbangun. Aku dan teman-teman pun bergegas mengenakan jilbab dan keluar kamar menuju kamar mandi hendak mengambil wudhu. Karena kamar mandi di pondok terbatas, para santri telah mengantri di depan pintu. Ada yang terlihat masih mengantuk, ada yang kesal karena terlalu lama menunggu, bahkan ada juga yang tertidur. Sungguh melihat itu membuat aku geli dan ingin tertawa sehingga rasa kantukku hilang. Lambat laun, akhirnya satu per satu dari mereka selesai berwudhu dan antrianpun semakin berkurang. Ternyata pojok kanan ke pojok kiri musholah telah penuh dengan barisan shaf-shaf para santri yang sedang melakukan sholat sunnah. Di sisi lain, ada santri yang sedang tadarusan, suasana terasa ramai namun damai dalam kalbu.
Sekitar pukul setengah tujuh pagi, setiap hari libur sekolah para santri bekerja bakti. Pengurus pondok mulai mempersiapkan daftar piket yang ditempelkan di mading. Beramai-ramai para santri melihat daftar itu karena ingin tahu. Dari mereka ada yang dapat bagian piket di dapur, bagian menyapu halaman, bagian membersihkan kamar mandi, bagian membersihkan teras depan kamar santri, dan bagian membersihkan kamar ustadzah.
Aku dapat bagian membersihkan teras depan kamar santri. Keadaan teras depan kamar santri terlihat sangat kotor karena musim hujan jalanan menjadi sangat becek. Selain itu teras juga belum dilapisi dengan keramik. Suasana tempat lainpun sama. Meskipun begitu kami selalu membuat pekerjaan itu terasa menyenangkan karena setelah itu para santri dapat melepaskan lelah dengan bersantai.
Aku dan teman-teman memutuskan bermain rebana di aula. Kami bermain di aula karena tempatnya yang cukup luas dan sepi tidak ada orang disana sehingga tidak mengganggu orang lain. Rebana mampu membuat suasana sepi menjadi ramai dan menyenangkan.
Saat azan Zuhur berkumandang, aku dan teman-teman masih asik memainkan rebana dan tidak mendengar azan itu. Tidak lama kemudian terdengar suara gedoran pintu yang sangat keras hingga membuat aku kaget dan menghentikan mainanku, begitu juga yang lain secara serempak menghentikan mainan dan nyanyian mereka. Kemudian aku dan teman-teman menghampiri depan pintu. Rasa takut menghampiriku. Namun pintu itu pun masih harus ku buka.
Namun pintu itupun harus masih harus kubuka. Aku tersenyum setelah aku tau siapa yang menggedor pintu tadi, ternyata temanku yang tekenal sangat jail. Sekarang waktunya jamaah shalat dzuhur aku dan teman-teman meninggalkan aula, karena akan digunakan untuk jamaah para santriawati.Seperti biasa setiap hari libur tak begitu banyak kegiatan yang kulakukan. Hari ini setelah shalat dzuhur aku hanya menunggu orang tuaku yang berjanji katanya ingin menjengukku. Sambil menunngu orang tuaku aku pergi ke aula tempat para santri yang sedang bekumpul menyaksikan acara tv. Seperti biasa setiap hari libur santri memang diberikan hiburan dengan menonton acara tv.  Kebetulan tak ada acara tv yang menarik, aku kembali kekamarku. Aku merapihkan lemariku walau tak begitu berantakan. Waktu sudah menunjukan pukul dua siang, namun orang tuaku tak kunjung datang. Tanpa sadar aku tertidur tepat didepan lemariku, tak lama temanku membangunkanku dan memberitahuku bahwa orang tuaku datang. Segera ku bangun, dengan wajah tersenyum segera kutemui orang tuaku yang sedang menungguku didepan kamar. Kebetulan hari ini ibuku membawa makanan yang sangat banyak, kupanggil teman-teman roomateku untuk makan bersama. Teman-temanku menghampiriku, dan langsung kubuka bunkusan nasi yang dibungkus dengan lembaran kertas minyak berwarna coklat. Kemudian satu persatu kubuka bungkusan lauk yang dibawa ibu. Dengan senang kami mulai makan karena sudah menahan rasa lapar dari tadi. Kami sangat menikmati makan siang itu, maklumlah jarang sekali kami makan masakan rumah.
Hari sudah sore, jarum jam sudah menunjukan puku lima sore. Orangtuaku berpamitan untuk pulang, rasanya hati ini masih sangat rindu, jarang sekali aku bertemu dengan orangtuaku. Pulang kerumah pun aku jarang sekali, maklumlah hanya waktu-waktu tertentu aku pulang, seperti libur sesudah semester, dan libur hari raya. Kupeluk ibuku sepertinya aku belum ingin mereka pulang meninggalkanku, namun aku tak ingin mereka tau perasaanku. Ayahku telah menghidupkan kendaraanya, dan ibuku segera naik. Kucium kedua pipi ibuku,dan ibu membalasnya seperti biasa. Ibu malambaikan tanganya sambil tersenyum.
Rasanya badanku sudah terasa lengket, kuambil handuk dan gayung yang berisi peralatan mandiku, untunglah aku tidak perlu mengantri, karena tak begitu banyak santri yang berada disitu, karena sedang mengikuti suatu kegiatan.
Waktu magrib telah tiba kupergi keaula untuk melakukan shalat magrib berjamaah. Setelah shalat magrib seperti biasa kami membaca Ratib. Kuikuti bacaan yang dipimpin dengan dua orang santri, yang duduk didepan barisan para jamaah. Rasanya mataku terasa sangat ngantuk, namun aku harus bisa menahan rasa itu, sepertinya banyak orang yang sedang memata-mataiku, maklumlah kalau aku samapai tertidur aku akan dihukum. Akhirnya selesai juga aku membaca Ratib. Kupergi kekamarku untuk tidur sebentar sambil menunggu adzan isya. Tibanya dikamar, rasa ngantukku hilang. Akhirnya aku hanya mengobrol-ngobrol saja dengan menggunakan bahasa arab, walaupun bahasanya masih asal-asalan tidak menggunakan nahwunya, setidak kami tidak menjadi incaran mata-mata yang mencatat santri yang tidak menggunakan bahasa, dan akan diserahkan kebagian bahasa.
Adzan isya sudah berkumandang, kuambil air wudhu, dan segera menuju aula. Selsai shalat waktunya makan malam, namun perutku masih tersa sangat kenyang. Aku tidak makan, aku langsung mengganti baju,  kuambil buku catatanku dan segera menuju aula lagi untuk melakukan mufradat yang biasa dilakukan santri setiap malam senin, selasa, kamis, dan malam sabtu. Mufradat adalah pengulangan bahasa Arab dan ingris atau vocabulary. Santri harus menghafal semua kosa kata yang diberikan oleh bagian bahasa. Selesai mufradat aku masih ada satu kegiatan lagi, yaitu ta’alum atau belajar pelajaran sekolah bersama. Namun hari ini aku sedang malas belajar, aku hanya mencoret-coret buku tulis dengan tulisan yang tidak penting.
Teeeettttttt….tetttttttt….tetttttttt bel waktu tidur sudah berbunyi, karena jarum jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Aku segera turun kebawah, dan menuju kamarku. Kuambil sikat gigi yang telah kuberi pasta gigi, dan pembersih muka, segera kumenuju kamar mandi dan membersihkan diri untuk tidur. setelah aku membersihkan diri segera kukembali kekamar. Rupanya tempat tidurku sudah rapih, memang hari ini bukan jadwalku yang merapihkan tempat tidur. Bunyi bel berbunyi lagi, bel disaat para santri sudah benar-benar tidak boleh melakukan kegiatan lagi, walaupun hanya sekedar mengobrol. Suasana malam sudah sangat mencekam, tak ada suara santri yang mengobrol, kecuali suara dengkur salah satu santri yang ada dikamrku. Bagian keamanan memeriksa seluruh kamar, mengontrol santri yang belum tidur, dan akan memberikan sanksi kepada santri yang melanggar. Kupejamkan mataku yang sudah sangat mengantuk dan terlelap. 
UTS Penulisan Populer

0 komentar: