BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Kamis, 29 Desember 2011

Surat Cinta Untuk Ibu Gubernur

Oleh : Farras Az Zahra


Hari masih gelap Matahari belum menampakan cahayanya, ini baru jam 04:30 pagi, tapi aku harus segera bangun dari tempat tidur. Aku membantu ibu merapikan rumah dan mempersiapkan dagangan yang akan aku bawa ke sekolah. Namaku Isti, aku tinggal di daerah Malimping, pelosok kota Pandeglang-Banten. Desa terpencil yang jauh dari keramaian. Aku tinggal bersama kedua orangtuaku dan dua adik perempuanku. Ibuku bekerja sebagai buruh cuci di desa. Ayahku menjadi buruh bangunan terkadang ia harus pergi ke kota untuk bekerja. Kedua adikku mereka masih sangat kecil.
Jam 05.00 aku bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Untuk sampai di sekolah aku memerlukan waktu 2 jam. Cuma sekolah ini lah yang paling dekat dengan rumahku. Hanya ada satu angkutan umum untuk sampai ke sekolah, kami harus berlomba-lomba masuk bahkan sebagian harus duduk di atap mobil. Perjalanan yang rusak harus aku dan teman-teman lewati, terkadang jika hujan turun banjir pun datang. Kondisi sekolah pun sangat tidak layak untuk di tempati, atap-atap yang sudah bocor. Tembok gedung pun sudah banyak yang retak. Sungguh sangat ironis sekali. Tidak ada fasilitas komputer di sekolahku seperti di kota-kota. Kini hanya ada beberapa guru di sekolahku. Mereka pun memutuskan untuk pindah mengajar.
Ingin rasanya aku mengeluh tentang ini semua. Tapi aku bingung kepada siapa aku mengeluh selain kepada Tuhan. Aku ingin seseorang itu menepati janji-janjinya yang dulu ia ucapkan saat ia membutuhkan kami. Saat ucapan-ucapan manis terucap dari mulutnya. Tapi kini dimana ia?. Aku tak tau kapan ia akan sadar! Kapan ia akan memperhatikan kami!.  
Sampailah disekolah, kami harus segera baris di lapangan karena upacara bendera akan dimulai. Kegiatan ini sering kami lakukan di senin pagi. Karena bagi kami, kita harus tetap menghormati sang Merah Putih walau bagaimana pun keadaan kita. Walau lapangan sekolah kami agak sedikit becek karena hujan yang turun semalam. Tiang bendera yang sudah berkarat.Tapi ini bukan kendala bagi kami. Kami tetap semangat.
Kini saatnya aku mengikuti pelajaran di kelas. Hari ini aku belajar Bahasa Indonesia, pak Sutrisno namanya kami biasa memanggilnya bapak Ino. Ia sudah tua, tapi ia tetap semangat mengajarkan kami. Pak Ino selalu berkata “ kalian harus tetap semangat, jadilah anak yang bisa dibanggakan” kata-kata itu selalu terngiang ditelingaku, selalu teringat dipikiranku karena hampir setiap pak Ino mengajar ia selalu berkata itu. Kata-kata beliau lah menjadi motivasi dalam hidupku.
Jam istirahat pun tiba. Kini saatnya aku mulai menjual daganganku. Aku menjual gorengan dan es lilin. Aku menjualnya dengan harga tiga ratus rupiah perbuah. Alhamdulillah aku bisa sedikit membantu kedua orangtuaku. Terkadang daganganku tidak habis terjual. Dan aku harus melanjutkan berjualan nanti setelah pulang sekolah. Sekarang aku pun kembali ke kelas untuk melanjutkan belajar.
Pukul 12.00 pun tiba. Lonceng telah berbunyi ini saatnya kami harus pulang. Kami harus pulang dengan berjalan kaki. Karena tidak ada angkutan umum. Angkutan itu hanya mengantarkan kami di pagi hari. Memang ini yang biasa kami lakukan jika pulang sekolah. Kami harus mencopot sepatu sebelum melanjutkan berjalan, karena jika kami memakai sepatu, sangat rugi bagi kami. Jalanan yang becek dan terjal terkadang membuat kami terjatuh dan membuat sepatu kami kotor dan cepat rusak. Entah sampai kapan kami harus merasakan seperti ini. Mungkin sampai ia sadar.
Sampailah aku di rumah, aku pun beristirahat sejenak sebelum aku membantu ibu. Setiap hari aku membantu ibuku mencari kayu bakar dan mengambil daun pisang di kebun. Kegiatan ini rutin aku lakukan sehabis pulang sekolah. Aku pun berangkat ke kebun. Kebun ini pun bukan punya kami. Kebun ini milik tetanggaku. Ia mengijinkan kami mengambil daun pisang asalkan hasilnya dibagi dua.
Waktu pun terus berputar. Malam pun tiba, aku pun membuka kembali buku-buku. Aku membaca pelajaran yang sudah diberikan oleh guru tadi siang. Aku belajar ditemani dengan lampu petromak, hanya itu satu-satunya penerang di rumahku. Listrik di rumahku sudah di cabut oleh PLN. Karena ayahku sudah lama tidak membayar. Pikiranku pun teringat kembali kepada janjinya. Ia berjanji akan memberikan listrik gratis kepada warga. Jika ia terpilih. Ia sudah terpilih bahkan sudah bertahun-tahun ia menjabat. Tak pernah ia menepati janjinya. Waktu pun sudah larut malam aku pun harus tidur karena esok pagi aku melanjutkan kembali aktifitasku.
Pagi pun tiba. Seperti biasa aku akan berangkat ke sekolah di pagi hari. Setiap hari kegiatan ini pun harus kami lakukan berebut masuk kedalam angkutan umum. Melewati jalan-jalan yang rusak. Entah sampai kapan?. Aku ingin ia segera sadar pada janjinya. Janji yang ia ucapkan saat pemilihan gubernur tahun lalu. Kami ingin sekolah kami menjadi layak untuk digunakan tidak seperti sekarang atap-atap yang bolong sangat mengganggu kami ketika belajar. Apalagi jika hujan turun. Ia berjanji memperbaikinya. Tapi apa sampai sekarang. Tidak ada! Janji manis itu hanya ucapan saja. Hanya sebuah rayuan gombal. Dan terlalu bodohnya kami tergiur oleh janji-janji manisnya.
Hujan pun turun begitu deras. Kami sangat sibuk memindahkan buku-buku dan mencari tempat yang tidak terkena air. Angin pun bertiup kencang. Atap-atap pun berterbangan. Akhirnya belajar pun dihentikan karena guru-guru dan kepala sekolah takut sekolah tiba-tiba roboh. Kami pun berlarian keluar kelas. Apakah kami akan terus seperti ini?
Tiba di rumah, seperti biasa aku langsung membantu ibu. Aku ingin sekali mengirimkan keluhanku yang sudah ku tulis. Aku ingin mengirim tulisan ini kepada ia. Tapi aku tak tau dimana ia tinggal. Apakah tulisan ini akan sampai? Namun jika tidak segera aku mengirimnya. Kapan sekolah kami akan di perbaiki. Akhirnya setelah aku selesai membantu ibu. Aku pun pergi ke kelurahan yang tidak jauh dari rumahku. Disana terdapat kotak pos. semoga surat ini dibaca olehnya dan dimengerti maksudnya. Aku pun memikirkan alamatnya Karena aku tidak tahu. Mau bertanya pada siapa aku. Kepada Pak Rt. Pak Rw. Atau Pak lurah. Ah rasanya itu tak mungkin. Akhirnya aku tulis saja di amplop itu “SURAT CINTA UNTUK BU GUBERNUR” “Pak pos, siapapun anda tolong antarkan surat ini kepada ibu Gubernur tercinta”. Entah surat itu akan di antarkan atau tidak. Akan sampai atau tidak. Aku tak pernah tau. Aku hanya bisa menanti perubahan itu terjadi.
Tugas 4 PenPop

Selasa, 27 Desember 2011

Aku, Kau dan Dirinya


Oleh: Dessy Susanti
Aku, Kau dan Dia

            Sekarang bulan Agustus, bulan depan sahabat yang sangatku sayangi akan menikah dengan kekasih yang telah dipacarinya selama 4 tahun. Yuli itu nama sahabatku, ia gadis yang sangat baik dan sangat mencintai kekasihnya. Sedangkan Yoga adalah nama kekasihya, laki-laki yang sangat sempurna dimatanya, “ia tampan, baik, sopan, penuh kasih sayang dan setia” begitu katanya.
            Aku teringat pada 7 tahun lalu, saatku duduk di bangku SMA aku sangat mencintai seorang pria bernama Prayoga Saputra atau Aku memanggilnya putra. Ia kakak kelasku, kami mulai dekat saat Aku mulai masuk sekolah. Ia sebagai ketua OSIS di sekolahku, ia sangat baik kepadaku dan dari situ kami mulai dekat. Setelah jadian, kemana-mana kami selalu bersama-sama, bahkan teman-teman suka meledek kami seperti perangko. Sebab setiap di luar kelas kami selalu berdua.
            Tetapi sikap Putra mulai berubah semenjak ia masuk bangku Kuliah, kami jadi jarang bertemu dan komunikasi kamipun mulai jarang. Sebab Putra bilang jarak tempat kuliah dengan sekolahku jauh, dan di kampusnyapun ia mulai sibuk dengan kegiatan-kegiatan barunya. Ia itu sangat senang berorganisasi dan bergaul, makanya sewaktu SMA dia bisa menjadi ketua OSIS.
            Dua Minggu sebelum Aku ujian Sekolah Putra terakhir menelponku, ia berkata untuk saat ini ia tidak mau mengganggu konsentrasi belajarku sehingga sampai ujian selesai Aku harus rajin belajar dan tidak usah memikirkan dirinya dulu. Akupun menuruti kemaunnya untuk tidak  bertemu dulu dengannya, karena Aku fikir ini juga untuk kebaikanku.
            Setelah Ujian selesai Akupun menghubunginya, tetapi No-nya tidak aktif. Akupun menunggu sampai ia menghubungiku kembali. Tetapi sampai satu bulan lebih ia tetap tidak menghubungiku. Akupun mulai gelisah dan bertanya-tanya, apa yang terjadi padanya sehingga ia menjauhiku dan meninggalkanku begitu saja. Akupun bertanya pada teman-temannya, tetapi temannyan menjawab tidak tahu apa-apa tentang Putra, dan berkata ia sedang dekat dengan gadis satu kampusnya. Hatiku sangat hancur mendengar berita itu, dan Aku mulai berusaha malupakannya. Kamipun berpisah tanpa ada kata putus dan tak bertemu lagi.
            Suatu hari keluargaku mengajak pindah ke Bogor karena ayahku membuka usaha baru di sana, Akupun langsung menyetujuinya karena Aku ingin kuliah di sana dan melupakan semua kenangan yang ada di sini bersama Putra.
            Setelah lulus kuliah Akupun memutuskan ke Jakarta untuk mencari pekerjaan di sana, sebab di sana aku bisa lebih gampang mencari pekerjaan yang sesuai bidangku. Setelah satu bulan Aku berkeliling mencari pekerjaan akhirnya aku diterima bekerja di sebuah Bank swasta yang cukup ternama.
            Di tempat kerja Aku bertemu dengan seorang gadis yang sangat baik padaku, ia bernama Yuli. Walaupun ia seorang senior tetapi ia sangat ramah dan ia banyak mengajariku tentang segala hal mengenai kantor. Iapun mengajakku untuk tinggal satu Kos bersamanya ia bilang ia di sini tinggal sendiri, tidak bersama ke dua orang tuanya, sebab tempat Kosnya lebih dekat dengan jarak kantor.
            Kamipun menjadi sangat akrab dan menjadi sahabat, hampir setiap malam sebelum tidur kami selalu bercerita tentang hal-hal mengenai hidup kami masing-masing bukan hanya masalah kantor yang kami bicarakan, tetapi kami juga bercerita tentang masa lalu, keluarga, bahkan tentang pacar.
            Yuli bercerita bahwa ia mempunyai seorang pacar yang sangat dicitainya namanya Yoga. Katanya pria  itu sangat tampan, baik hati, sopan, penyanyang dan paling penting adalah setia. Ia menganggap dirinya sangat beruntung karena memiliki pacar seperti itu. Akupun menjadi sangat penasaran dengan sosok laki-laki yang sangat di kagumi sahabatku ini.
            Besok malam Aku akan di ajak menemui Yoga, sebab Yuli ingin pacar dan sahabatnya bisa dekat seperti sahabat sendiri. Malampun tiba Aku dan Yuli pergi menuju Kafe dimana kami akan bertemu dengan Yoga. Setelah sampai kami pun masuk dan menuju meja No.17 di sana sudah ada seorang laki-laki berkemeja hitam seperti menunggu orang, Mungkin itu Yoga. Ternyata benar, lelaki itu memang Yoga. Setelah duduk Aku mulai melihat sosok laki-laki itu tidak asing, dan pernah ku kenal.
            Yulipun mulai memperkenalkan Aku, dan memulai pembicaraan di antara kami. Ia berkata, “apa kamu gak kenal sama Yoga Lis, kalau tidak salah waktu SMA dia satu sekolah denganmu” sebenarnya siapa lelaki itu aku, apa dia benar satu sekolah denganku tetapi aku tidak mengenal nama Yoga sewaktu sekolah. Nama panjang Yoga itu Prayoga Saputra, Akupun terkejut mendengar itu. Apa benar lelaki itu adalah lelaki yang pernah kucintai??
            Wajah Yoga dan Putra sangat berbeda walau sekilas terlihat sedikit mirip, Yoga memiliki kulit yang putih dan terlihat pendiam. Sedangkan Putra yang dulu pernah ku kenal memiliki kulit yang hitam dan sangat suka berbicara. Aku masih belum yakin dengan semua ini. Masa iya mantan kekasihku sekarang bisa jadian dengan sahabatku.
            Yogapun mulai berbicara dan bercerita tentang masa-masanya sewaktu SMA. Ternyata dia benar Putra yang dulu pernah ku cintai. Akupun hanya diam mendengarkan pembicaraan mereka dan Aku berpura-pura tidak mengenal Yoga.
            Malam itu Hp Yulin berbunyi sedangkan ia sedang berada di kamar mandi, iapun memintaku untuk mengangkatkan telponnya. Saat ku lihat nama Yoga Aku ragu untuk mengangkatnya, karena aku tidak sanggup mendengar suaranya. “Hallo sayang lagi apa?” suara laki-laki itu langsung berkata, Aku terdiam mendengar perkataan itu dan semakin teringat masa lalu. Aku langsung sadar dan langsung menjelaskan bahwa Yuli sedang di kamar mandi sehingga telponnya Aku yang mengangkatnya. Yogapun meminta maaf dan menanyakan kabarku, tak lama kami berbicara Yulipun datang dan Akupun Langsung cepat-cepat memberikan telponnya kepada Yuli.
            Pagi ini Aku berangkat kerja sendiri, sebab Yuli sedang tidak enak badan. Sewaktu makan siang Aku bertemu dengan Yoga, awalnya ia menanyakan kabar Yuli lama-lama ia mulai menanyakan keadaanku dan kami banyak membicarakan masa lalu dan yoga menjelaskan semua kejadian yang membuatnya mulai menjauh dariku. Akupun langsung percaya dengan semua yang di ucapkannya, karena aku masih sangat mencintainya kamipun bertukar No Hp.
            Setelah pertemuan itu kami masih terus sering bertemu diam-diam di belakang Yuli !
            Hari ini Aku menemui Yoga lagi, ia berkata padaku ia akan meninggalkan Yuli kalau Aku mau kembali kepadanya, tetapi Aku langsung menolaknya. Sebab Aku tidak mau menyakiti perasaan sahabatku, walau sebenarnya hatiku berkata masih sangat menyanyangi Yoga dan tidak rela ia dimiliki orang lain. Tetapi Aku tidak boleh egois, Aku yang telah hadir kembali di antara Yuli dan Yoga jadi Aku yang harus mengalah.
            Karena Yulidan Yoga orang Betawi, Yogapun melamar Yuli dengan adat Betawi. Bagi orang Betawi ngelamar adalah pernyataan dan permintaan resmi dari pihak keluarga laki-laki (calon tuan mantu) untuk melamar wanita (calon none mantu) kepada pihak keluarga wanita. Ketika itu juga keluarga pihak laki-laki mendapat jawaban persetujuan atau penolakan atas maksud tersebut. Pada saat melamar itu, ditentukan pula persyaratan untuk menikah, di antaranya mempelai wanita harus sudah tamat membaca Al Quran. Yang harus dipersiapkan dalam ngelamar ini adalah:
 1.Sirih lamaran
2. Pisang raja
3. Roti tawar
4. Hadiah Pelengkap
5. Para utusan yang tediri atas: Mak Comblang, Dua pasang wakil orang tua dari calon tuan mantu terdiri dari sepasang wakil keluarga ibu dan bapak.
# Bawa tande putus   
Tanda putus bisa berupa apa saja. Tetapi biasanya pelamar dalam adat betawi memberikan bentuk cincin belah rotan sebagai tanda putus. Tande putus artinya bahwa none calon mantu telah terikat dan tidak lagi dapat diganggu gugat oleh pihak lain walaupun pelaksanaan tande putus dilakukan jauh sebelum pelaksanaan acara akad nikah.
Masyarakat Betawi biasanya melaksanakan acara ngelamar pada hari Rabu dan acara bawa tande putus dilakukan hari yang sama seminggu sesudahnya. Pada acara ini utusan yang datang menemui keluarga calon none mantu adalah orang-orang dari keluarga yang sudah ditunjuk dan diberi kepercayaan. Pada acara ini dibicarakan:
1. apa cingkrem (mahar) yang diminta
2. nilai uang yang diperlukan untuk resepsi pernikahan
3. apa kekudang yang diminta
4. pelangke atau pelangkah kalau ada abang atau empok yanng dilangkahi
5. berapa lama pesta dilaksanakan
6. berapa perangkat pakaian upacara perkawinan yang digunakan calon none mantu pada acara resepsi
7. siapa dan berapa banyak undangan.
# Akad Nikah
Sebelum diadakan akad nikah secara adat, terlebih dahulu harus dilakukan rangkaian pra-akad nikah yang terdiri dari:
1. Masa dipiare, yaitu masa calon none mantu dipelihara oleh tukang piara atau tukang rias. Masa piara ini dimaksudkan untuk mengontrol kegiatan, kesehatan, dan memelihara kecantikan calon none mantu untuk menghadapi hari akad nikah nanti.
2. Acara mandiin calon pengatin wanita yang dilakukan sehari sebelum akad nikah. Biasanya, sebelum acara siraman dimulai, mempelai wanita dipingit dulu selama sebulan oleh dukun manten atau tukang kembang. Pada masa pingitan itu, mempelai wanita akan dilulur dan berpuasa selama seminggu agar pernikahannya kelak berjalan lancar.
3. Acara tangas atau acara kum. Acara ini identik dengan mandi uap yang tujuanya untuk membersihkan bekas-bekas atau sisa-sisa lulur yang masih tertinggal. Pada prosesi itu, mempelai wanita duduk di atas bangku yang di bawahnya terdapat air godokan rempah-rempah atau akar pohon Betawi. Hal tersebut dilakukan selama 30 menit sampai mempelai wanita mengeluarkan keringat yang memiliki wangi rempah, dan wajahnya pun menjadi lebih cantik dari biasanya.
4. Acara ngerik atau malem pacar. Dilakukan prosesi potong cantung atau ngerik bulu kalong dengan menggunakan uang logam yang diapit lalu digunting. Selanjutnya melakukan malam pacar, di mana mempelai memerahkan kuku kaki dan kuku tangannya dengan pacar.
Setelah rangkaian tersebut dilaksanakan, masuklah pada pelaksanaan akad nikah. Pada saat ini, calon tuan mantu berangkat menunju rumah calon none mantu dengan membawa rombongannya yang disebut rudat. Pada prosesi akad nikah, mempelai pria dan keluarganya mendatangi kediaman mempelai wanita dengan menggunakan andong atau delman hias. Kedatangan mempelai pria dan keluarganya tersebut ditandai dengan petasan sebagai sambutan atas kedatangan mereka. Barang yang dibawa pada akad nikah tersebut antara lain: Sirih nanas lamaran, sirih nanas hiasan, mas kawin, miniatur masjid yang berisi uang belanja, sepasang roti buaya, sie atau kotak berornamen Cina untuk tempat sayur dan telor asin,  jung atau perahu cina yang menggambarkan arungan bahtera rumah tangga, hadiah pelengkap, kue penganten, kekudang artinya suatu barang atau makanan atau apa saja yang sangat disenangi oleh none calon mantu sejak kecil sampai dewasa
Pada prosesi ini mempelai pria betawi tidak boleh sembarangan memasuki kediaman mempelai wanita. Maka, kedua belah pihak memiliki jagoan-jagoan untuk bertanding, yang dalam upacara adat dinamakan “Buka Palang Pintu”. Pada prosesi tersebut, terjadi dialog antara jagoan pria dan jagoan wanita, kemudian ditandai pertandingan silat serta dilantunkan tembang Zike atau lantunan ayat-ayat Al Quran. Semua itu merupakan syarat di mana akhirnya mempelai pria diperbolehkan masuk untuk menemui orang tua mempelai wanita.
Pada saat akad nikah, mempelai wanita Betawi memakai baju kurung dengan teratai dan selendang sarung songket. Kepala mempelai wanita dihias sanggul sawi asing serta kembang goyang sebanyak 5 buah, serta hiasan sepasang burung Hong. Kemudian pada dahi mempelai wanita diberi tanda merah berupa bulan sabit yang menandakan bahwa ia masih gadis saat menikah.
Sementara itu, mempelai pria memakai jas Rebet, kain sarung plakat, hem, jas, serta kopiah, ditambah baju gamis berupa jubah Arab yang dipakai saat resepsi dimulai. Jubah, baju gamis, dan selendang yang memanjang dari kiri ke kanan serta topi model Alpie menjadi tanda haraan agar rumah tangga selalu rukun dan damai.
Setelah upacara pemberian seserahan dan akad nikah, mempelai pria membuka cadar yang menutupi wajah pengantin wanita untuk memastikan apakah benar pengantin tersebut adalah dambaan hatinya atau wanita pilihannya. Kemudian mempelai wanita mencium tangan mempelai pria. Selanjutnya, keduanya diperbolehkan duduk bersanding di pelaminan (puade). Pada saat inilah dimulai rangkaian acara yang dkenal dengan acara kebesaran. Adapun upacara tersebut ditandai dengan tarian kembang Jakarta untuk menghibur kedua mempelai, lalu disusul dengan pembacaan doa yang berisi wejangan untuk kedua mempelai dan keluarga kedua belah pihak yang tengah berbahagia.
            Setelah acara pernikahan selesai Akupun memutuskan untuk kembali ke Bogor, dan meninggalkan semua kisahku di sini, memberikan cinta dan kebahagiaanku untuk sahabatku walau ia tidak pernah tahu apa yang telah terjadi.
tugas 5

Kamis, 22 Desember 2011

KALUNG BIRU DARIMU

Oleh : Senandu Zanuar Biru


Panasnya matahari membuatku malas untuk berangkat sekolah. Ya, hari ini aku masuk siang. Engga tau kenapa hari ini aku malas banget pergi sekolah, ingin di rumah saja. Tapi masa aku engga masuk, aku kan pengen ketemu sama Yudha.
Ya, Ardiansyah, orang yang menurutku ganteng, cool dan bermata sipit. Dia adalah pacarku, aku sudah menjalin hubungan selama 5 bulan. Setiap bulan hari jadi kita, Ardi selalu kasih surprise untukku. Dia selalu memberi aku boneka, bunga dan coklat. Itu hal yang membuatku bahagia jika bersamanya. Tapi aku tidak tahu bulan ini yudha akan kasih aku surprise apa ia ?
Upz, aku malah mengkhayal saja. Lalu aku bergegas siap-siap untuk berangkat sekolah. Walaupun sedikit bermalas-malasan, aku naik angkutan umum untuk sampai ke sekolah. Diangkot pun aku terlihat tidak semangat, lemas seperti orang yang sedang sakit. Padahal aku baik-baik saja, aku tidak tahu kenapa seperti ini.
Hanya sekitar 20 menit aku sudah sampai di depan sekolah. Ya, sekolah ku tidak begitu jauh dari rumah. Kemudian aku masuk ke gerbang sekolah dan menuju ruang koperasi. Ruang koperasi seperti ruang basecamp untuk aku dan teman-teman, karena kita sering kali berkumpul diruang ini. Tak lama sesampainya aku di koperasi, tiba-tiba syifa adik kelas aku menghampiri.
“Kak, nanti sore pulang sekolah pasti kak Yudha mau ngomong sesuatu sama kakak.” Katanya dengan nada yang serius.
“Mau ngomong apa dia sif ?” Tanyaku dengan penasaran.
“Nanti juga kakak tau sendiri” Jawabnya sembari melambaikan tangannya untukku.
“Hey, Syifa mau kemana? Jawab dulu pertanyaanku.” Kataku sambil memanggil Syifa tetapi dia pergi begitu saja.
Aku sejenak terdiam, dan masih memikirkan perkataan Syifa tadi. Aku engga ngerti apa yang dimaksudnya tadi. Tiba-tiba hati ini berdetak kencang, sepertinya hal yang tidak aku inginkan akan terjadi. Selintas aku berfikir, apa mungkin yudha akan ? Ah, mungkin syifa hanya bercanda. Dia kan memang suka jail anaknya sama kakak kelas yang lainnya. Tetapi pikiran negatif itu datang kembali ke otakku, sumpah mumet banget pikiran aku saat ini. aku hanya bisa diam. Tiba-tiba teman aku datang mengagetkanku.

“Dooor” Teriaknya intul dikupingku
“Eh, copot-copot” kagetku
“apa yang copot si Za? Hahahaa.” Tanya intul dengan nada ngeledek.
“Ih apa-apan si loe, kerjaannya Cuma bikin kaget gw aja” Jawabku dengan nada jutek.
“Wih, santai cuy. Lagi kenapa loe ?” Tanya Intul agak sedikit bingung
“Bingung.” Jawabku dengan nada galak
Intul adalah sahabat aku, dia sangat perduli dengan semua masalah yang aku hadapi. Intul pun terus menanyakan hal yang sedang terjadi padaku. Lalu aku menceritakan perkataan syifa adik kelasku kepada intul.
“Mungkin dia cuma ngerjain loe aja kali Za.” Kata intul dengan nada meyakinkan
“Tapi, engga mungkin tul, pasti ini beneran. Gw yakin banget”. Kataku dengan serius.
            “Atau mungkin Yudha mau kasih surprise buat loe.” Kata intul
“Masa si, Ardi kalau kasih surprise ke gw engga gini tau caranya.” Kataku
Aku pun kembali bercerita dengan sahabatku itu. ya, curhat colongan sebelum masuk kelas. Sudah hampir setengah jam aku bercerita dengan intul. Tetap saja perasaan aku tidak enak. Lalu aku pun memutuskan untuk izin dari sekolah. Aku meminta tolong kepada intul untuk absenkan aku hari ini.
“Uuuuhh, kok gue jadi mumet gini ia tul”. Kataku dengan raut wajah yang kusut.
“Ya ampun udah deh, kaya gini aja loe sampai stres gitu. Biasa aja dong, pikirin pelajaran bukan cowok loe pikirin.” Kata intul dengan nada yang agak galak.
“Namanya juga lagi mumet tul, izinin gw ia tul. Malas sekolah ni gw. Please.” Kataku agak sedikit memohon.
“Ah, loe terlalu diambil pusing banget si, terserah loe deh.” Jawab intul
“Intul baik deh makasih ia.” kataku sambil memeluk intul.
Aku memutuskan untuk pulang ke rumah. Ya, dari pada aku engga konsen saat belajar dikelas lebih baik aku pulang saja. Saat perjalanan pulang aku tetap memikirkan hal yang sama. Ya ampun, kenapa si kata-kata adik kelasku masih terngiang ditelinga. Hmmm, membuat aku kesal dan boring.
Ketika aku sampai dirumah, aku langsung membuka pintu rumah. Aku melihat ibu sedang menyetrika baju, ibu kaget melihat aku pulang begitu cepat hari ini.
“Kok kamu sudah pulang jam segini?” Tanya ibu dengan bingung.
“Ia bu, tadi aku sampai sekolah ngerasa engga enak badan. Terus aku memutuskan untuk pulang dan izin sekolah”. Jawabku
Setelah ibu menanyakan itu, lalu aku bergegas ke kamar. Aku pun melempar tas, kemudian aku membanting badanku ke tempat tidur. Hmm, perasaanku kembali tidak tenang seperti dihantui rasa takut. Aku bingung, aku coba ingin melupakan hal itu, tapi tidak bisa. Aku pun mencoba untuk tenang dan memejamkan mata ini sejenak. Tapi tiba-tiba handphone ku berdering, seperti ada sms masuk. Lalu aku pun mengambil handphone ku yang berada di dalam tas. Ku buka tas aku kemudian mengambilnya dan segera aku membaca sms itu. Ternyata itu sms dari Hendra temannya Ardi. Hendra menanyakan kenapa aku hari ini tidak masuk sekolah. Hmm, pikirku kenapa bukan Ardi yang sms. Kenapa harus temannya ! Lalu aku pun membalas sms hendra. Beberapa menit kemudian hendra pun membalas sms aku dan dia bilang.
“Oh, Ya sudah kalau gitu, nanti yudha mau kerumah loe. Katanya dia mau ngomong sama loe.” Sms dari Hendra
Aku pikir benar juga apa yang dikatakan syifa tadi, Ardi mau ngomong sesuatu sama aku. Dia mau ngomong apa ya ? Hari ini perasaan aku benar-benar tidak tenang. setiap yang aku lakukan selalu salah, mondar-mandir engga jelas. Aku hanya bisa melihat jam terus menerus, dan menunggu kedatangan Yudha.
Waktu sudah menunjukkan pukul 17.30, sepertinya sudah jam bubar sekolah. Tiba-tiba jantungku berdetak kencang, kupingku pun terasa panas. Kata ibu, Kalau kuping kita panas berarti ada yang sedang membicarakan kita. Apa mungkin Ardi sedang membicarakan aku. Huuu, pikiran aku terlalu mengada-ngada. Tak lama di luar rumah seperti ada orang yang mengucapkan salam. Pikirku pun langsung kepada Ardi, pasti yang mengucapkan salam itu Ardi. Aku pun perlahan-lahan membuka pintu dan segera melihat orang yang mngucapkan salam. Ternyata benar firasat aku, orang yang megucapkan salam itu Yudha. Dia tersenyum melihat aku keluar, kemudian aku menghampiri Ardi. Aku mempersilahkan dia duduk dikursi depan rumah. Suasana menjadi sangat kaku, seperti aku baru mengenal Ardi saja. Akhirnya Ardi pun menanyakan kenapa aku tidak masuk sekolah tadi, aku pun menjawab bahwa aku merasa tidak enak badan siang tadi. Tiba-tiba suasana menjadi diam sejenak, aku pun langsung menanyakan kepada Ardi hal yang ingin dia bicarakan kepadaku. Tetapi Yudha hanya diam, seperti bingung ingin mulai bicara dari mana.
“Tau engga kamu, aku sayang banget sama kamu. Aku selalu kangen sama kamu, ingin rasanya setiap hari berada disisi kamu. Dari sejak pertama kita kenal dan menjalin hubungan. Rasa sayang aku selalu bertambah untuk kamu. Tapi ternyata semua engga semulus yang aku bayangkan ...” Kata-kata Ardi yang membuatku bingung.
“Kenapa?” Tanyaku.
Ardi hanya tersenyum kecil, melambangkan sesuatu yang mungkin buruk untukku. Dan Ardi memberikan sekotak kecil yang dibungkus kertas warna biru bergambar kelinci.
“Itu hadiah untuk kamu, sebagai hari jadi kita yang ke 5 bulan, terima kasih selama ini kamu udah mengis hari-hari yang sepi menjadi bahagia. Aku engga akan lupain semua tentang kita. Semua itu menjadi cerita dalam kehidupanku” Perkataan Ardi
Tapi aku bingung dengan semua ucapan yudha, seperti kata-kata perpisahan yang ia ucapakan untukku. Aku hanya diam dan bimbang, sebenarnya ada apakah ini ? Dalam pikiran ku bertanya-tanya. Tanpa sadar air mataku jatuh membasahi pipi ini, semua begitu terlalu cepat untuk diucapkan. Ardi pergi begitu saja, meninggalkan aku dalam kesedihan yang sangat mendalam. Ia meninggalkanku tanpa memberikan kejelasan yang pasti tentang pa yang ia ucapkan untukku.
Ku buka sekotak kecil pemberian dari Ardi. kemudian ku lihat apa yang ada di dalam kotak itu. ternyata kalung yang bermata warna biru. Itu kalung yang aku inginkan saat jalan bersama Ardi waktu itu. semua itu menjadi kenangan dan cerita dalam kehidupanku.

Senin, 19 Desember 2011

OPERASI


Sabtu pagi yang cerah kuhirup udara yang sangat sejuk, ya ini waktunya weekend, dan aku pun harus pergi ke suatu tempat,bersama kedua orangtua ku. Pukul 08.30 kami berangkat ke tempat yang berada di daerah Cipondoh-Tangerang. Lumayan jauh untuk sampai kesana.
                 Akhirnya sampailah kami di tempat itu. Perlahan ku dorong pintu kaca dan segera masuk ke sana. Gedung ini beraroma aneh dan dipenuhi orang-orang yang takku kenal.  Ku lihat orang-orang sibuk mengantri panggilan untuk dapat masuk ke sebuah ruangan yang didalamnya terdapat seorang pria berjas putih dengan berbagai macam peralatannya.
                  Aku melanjutkan perjalananku berkeliling ruangan. Kini aku menuju ke ruang kecil yang mengantarku ke lantai atas, di dalamnya terdapat orang yang duduk di kursi roda dengan kakinya terbungkus kain berwarna putih. Sungguh mengerikan. Lalu sampailah aku di lantai  empat gedung ini. Aku masuk ke dalam ruangan bersekat-sekat. Kulihat seorang wanita tua terbaring lemah di atas kasur dengan tangan ditempelkan pada selang-selang dengan botol tergantung di tiang  sampingnya. Pandanganku kembali berpusat pada wanita yang baru saja datang membawa sebotol obat dan alat untuk menyuntik. Aku langsung merinding ketakutan. Untung saja aku salah ruangan.
                  Sudah hampir pukul 11.00 ibu dan bapak mengajakku bergegas mencari Ruangan  Anggrek 401. Hmm..Ruangan Anggrek,dari namanya ruangan itu pasti menyenangkan pikirku. Tapi ternyata,ruangan ini sama dengan ruangan lainnya. Datanglah seorang pria memakai kemeja berwarna biru dengan jas putih,gagah sekali. Tiba-tiba jantungku berdebar lebih kencang. Entahlah ,aku tiba-tiba takut. Kali ini seorang wanita berbaju putih menghampiriku. Ia menyuruhku rileks. Tiba-tiba saja ia menyuntikku,aku pun pasrah dan meringis ketakutan. Ooh Tuhan… mereka benar-benar membuat jantungku berdebar-debar. Tiba-tiba ia berkata “operasi akan dilakukan besok jam 08.00”.Ya Tuhan jantung ini semakin berdebar kencang. Tidak ini pasti salah,pasti salah….
                 Tiba-tiba dari kejauhan aku mendengar suara langkah kaki berlari dengan cepat. Meskipun jantungku terus berdetak dengan kencang. Tetapi aku tetap fokus pada persoalan yang sedang aku hadapi saat ini. Aku sangat bingung,sakit apa aku ini ?.Sampai-sampai aku harus di operasi. Ayah dan ibuku entah berada dimana,aku berharap mereka berdua datang menolongku. Ayah … Ibu … Tolonglah aku.
                 Perlahan-lahan cairan yang disuntikan ke dalam tubuhku mulai bereaksi. Tubuhku mulai merasa lemas,aliran darahku seakan-akan berhenti.Kepalaku berat,mulutku tak dapat lagi digunakan untuk berbicara. Mataku pun mulai lelah untuk menatap indahnya dunia.Tetapi telingaku masih dapat mendengar dengan jelas semua pembicaraan dari dokter dan suster yang berada di dekatku.Ya Tuhan ….. Jangan operasi aku. Aku tidak ingin di operasi,hentikan semua ini ya Tuhan.
                 Ayah dan ibuku akhirnya datang,aku sangat gembira sekali.Meskipun aku sudah tertidur dengan lelap,tetapi telingaku masih dapat mendengar semua pembicaraan yang ada di sekitarku. Aku mendengar ayahku berbicara dengan dokter dan suster yang sedang menangani penyakitku ini. Dan aku dapat merasakan tangan lembut ibuku sedang mengelusku. Perlahan aku mulai merasa tenang,hidupku bagaikan di surga. Terima kasih ya Tuhan …
                  Tetapi semua ini belum berakhir,aku mendengar pembicaraan antara ayahku dan dokter tidak menemukan titik terang. Ya Tuhan … Ada-ada saja. Aku merasa tidak ada yang salah pada diriku ini. Sakit yang aku derita hanyalah demam biasa. Sudah dua hari demam yang aku derita tak kunjung reda,sehingga ayah dan ibuku mengajak aku pergi ke rumah sakit untuk memeriksa keadaanku.
                   Meskipun aku tidak dapat melihat,tetapi aku dapat merasakan kalau aku sudah cukup lama berbaring di kasur ini. Detik demi detik telah berlalu,suara jarum jam terdengar jelas di telingaku. Aku ingin bangkit,tetapi tubuh ini sangat berat sekali. Aku rasa cairan yang disuntikan ke dalam tubuhku ini terlalu banyak dosisnya. Ibu …. Tolong bangunkan aku ibu. Aku sangat yakin,semua ini pasti hanya salah paham saja. Ayah …. Teruslah bersemangat,bela anakmu ini terus. Dokter ini pasti salah dan suster ini juga pasti salah.
                    Tujuanku datang ke rumah sakit ini adalah hanya untuk memeriksa keadaanku saja,tidak untuk di operasi. Tetapi aku tidak dapat berbuat apa-apa ketika suster itu menghampiriku dan menyuntikkan cairan ke dalam tubuhku. Sekarang aku hanya bisa pasrah dan terus berdoa kepada Tuhan. Aku sangat yakin semua ini pasti berakhir. Berikan aku kekuatan ya Tuhan,untuk bangkit dan menyelesaikan semua ini. Aku sudah tidak tahan lagi,aku lelah terbaring di sini,dan bukan pula di sini tempatku berada.
                     Saat-saat yang dinantikan akhirnya datang juga. Mataku terbangun dari tidurnya,aliran darahku mengalir dengan deras,tubuhku seringan kapas. Terima kasih Tuhan. Akhirnya Engkau mendengar doaku. Aku yakin semua ini pasti karenamu.
                       Aku bangun dan tersenyum kepada ibuku,aku lihat jam dinding menunjukkan pukul 12.00 wib, dan suara adzan zhuhur pun telah berkumandang. Aku nikmati sejenak indahnya dunia ini. Semua mata tertuju kepadaku,seakan-akan aku adalah pelaku utama dalam suatu kejahatan. Dan di saat itu juga datanglah seorang suster cantik dengan napas terengah-engah. Suster itu berkata”dokter kemana saja,pasien di ruang 456 sedang menunggu dokter untuk di operasi”. Akhirnya aku dapat bernapas dengan lega,semua ini hanya salah paham saja. Aku masih terdiam dan tersenyum menyaksikan semua ini. Aku tidak percaya,mengapa semua ini terjadi kepada diriku.
                       Dokter dan suster itu meminta maaf kepadaku dan juga ayah ibuku. Dokter itu juga tidak tahu mengapa semua ini dapat terjadi. Ilmu kedokterannya yang ia pelajari selama bertahun-tahun terasa hilang dalam hitungan detik. Ayah dan ibuku tidak menghiraukan masalah itu lagi,kita semua hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Bagiku ini adalah sebuah anugerah terindah yang pernah aku dapatkan. Seandainya saja aku jadi di operasi,aku tidak yakin nyawaku akan selamat.

Sabtu, 17 Desember 2011

DUA PILIHAN

Oleh: Siti Chodijah Juniati
Beberapa kali bus berhenti di halte, namun Sarah tidak menaikinya ia masih saja duduk berdiam diri di sana. Seperti biasa, setiap kali berangkat kuliah Sarah selalu melamun di halte itu karena di tempat itu Sarah terakhir bertemu dengan kekasihnya sebelum pergi ke Australia. Sudah hampir dua tahun ia menunggu kabar namun kabar itu tak pernah kunjung jua.
            Dalam lamunannya, dia masih mengingat kata-kata terakhir yang diucapkan Rendi padanya. “Sarah, hari ini aku berangkat ke Australia bersama orang tuaku. Bisakah kamu menungguku sampai aku selesai kuliah dan kembali ?” tanya Rendi. “Berapa lama kamu di sana?” tanya Sarah dengan wajah sedih. “Tidak lebih dari empat tahun.” Jawab Rendi. “Baiklah, tapi kamu janji kamu sering kasih kabar, tapi jika tidak berarti kamu sudah melupakan aku” Jelas Sarah.
            Mengingat kata-kata itu Sarah merasakan sakit di hatinya. Dia selalu berpikir bahwa Rendi telah melupakannya. Baginya Rendi adalah kekasih yang terbaik dan amat dicintainya sehingga sulit untuk dilupakan.
            “Mbak ... Mbak ... Mbak ?” tiba-tiba Sarah kaget dan sadar dari lamunannya karena mendengar suara laki-laki yang menyapanya. “Oh, iya, ada apa?” spontan Sarah menjawab. “Tidak ada apa-apa, saya heran karena saya lihat dari tadi Mbak melamun aja. Hati-hati lho Mbak kalau melamun di sini, bahaya!” Jawab laki-laki itu sambil tersenyum. “Iya, makasih ya udah ingetin.” Ucap Sarah, laki-laki itu hanya membalas dengan senyuman. Tidak lama bus datang lalu Sarah bergegas menaikinya karena ia sadar hari sudah terlalu siang untuk ke kampus. Sedangkan laki-laki itu masih duduk menunggu bus tujuannya.
            Esok harinya Sarah bertemu kembali dengan laki-laki itu di halte. Hari ini dia tidak lagi melamun karena laki-laki itu mengajaknya berbicara dan berkenalan. Laki-laki itu sebenarnya sudah sering melihat Sarah di halte dan selalu memperhatikannya, tapi Sarah tidak menyadarinya. Dia tahu kalau Sarah sedang sedih dan selalu melamun, hingga dia rela menunggu sampai Sarah menaiki bus.
            “Kamu kuliah ?” tanya Feri, “Ya, aku kuliah di Jakarta. Kalau kamu kuliah juga? Sarah tanya balik, “Tidak, aku sudah lulus dan sekarang aku kerja.” Jawab Feri singkat. ... Seiring waktu berjalan mereka terus berkenalan satu sama lain.
            Kini suasana hati Sarah sedikit tenang dan ceria, karena kini dia sering mencurahkan masalahnya kepada temannya Feri termasuk masalahnya dengan Rendi. Sarah merasa sangat nyaman berteman dengan Feri karena Feri adalah salah seorang yang peduli terhadapnya, selain itu juga Feri orang yang dewasa. Kedewasaan Feri bisa mengimbangi sifat Sarah yang tidak dewasa, apalagi saat menghadapi suatu masalah. Apakah itu masalah tentang tugas kuliah, tentang keluarga dan teman-temannya. Tapi, Feri menanggapinya dengan sabar karena Feri menyukai Sarah sejak awal bertemu. Tapi ada hal yang sangat dibanggakan Feri dari sosok Sarah yaitu pintar dan pengertian.
            Sudah hampir setahun  mereka berteman. Selama itu pula tidak ada  komitmen di antara mereka. Sudah lama Feri ingin mencurahkan hatinya namun dia masih merasa kalau Sarah masih mencintai kekasihnya yaitu Rendi. Karena di setiap bertemu Sarah tidak pernah lepas membicarakan Rendi dan itu membuat Feri urungkan niatnya untuk menyatakan cinta pada Sarah. Hingga suatu ketika Sarah mengajaknya bertemu, Feri ingin memaksakan diri untuk mencurahkan isi hatinya pada Sarah.  
“Sarah, apakah kamu masih menunggu Rendi kembali ?” tanya Feri. “Aku tidak tahu, sebenarnya aku nggak mau menunggu tapi hati berkata lain.” Jawab Sarah. “Jika suatu saat ada seorang yang lebih baik dari Rendi dan dia menyukaimu bagaimana? Apakah kamu menerimanya?” tanya lagi Feri. “Entah lah, aku merasa belum yakin betul kalau aku sudah benar-benar melupakannya. Aku nggak mau bersama orang lain sebelum aku berhenti mencintai Rendi karena aku tak mau menyakitinya.” Jawab Sarah. “Kenapa kamu tanya kayak gitu, apakah seseorang yang menyukaiku itu kamu, Fer?” lanjut Sarah dengan nada becanda. Feri sempat terkejut tapi dia harus menjawab, “ Kalau iya, bagaimana? Apa kamu mau menolak?” .... Sarah hanya diam dan tidak menjawab.
            “Kring..Kring..Kring”  telepon rumah berdering, Sarah bergegas mengangkatnya karena dia tahu pasti yang menelponnya adalah Feri. Karena hari itu Sarah jamji akan bertemu dengan Feri dan memberikan jawaban atas pertanyaan Feri waktu lalu. Tapi, suasana hatinya berubah saat tahu yang menelponnya itu bukan Feri tetapi Rendi. Sarah terkejut ketika tahu kalau Rendi akan kembali ke Jakarta hari ini dan langsung ingin menemuinya. Saat itu juga Sarah bingung, apa yang harus dia lakukan. Hatinya tiba-tiba bimbang, entah siapa yang harus ditemuinya, Feri ataukah Rendi ???
            Sarah memutuskan untuk bertemu dengan Rendi dan membatalkan pertemuannya dengan Feri. Sarah bertemu dengan Rendi di tempat yang terakhir mereka bertemu, yaitu di Halte. Saat bertemu, tak sadar air mata Sarah menetes membasahi pipinya yang putih dan halus ia merasa dirinya dimainkan oleh Rendi karena sudah hampir tiga tahun tidak bertemu dan juga tidak ada kabar dan kini dia baru datang menemuinya, di samping Sarah juga sangat benci tapi merindukan Rendi.
            “Kenapa kamu kembali, khan belum genap empat tahun?” tanya Sarah dengan sinis sambil terisak. “Aku kembali ingin bertemu denganmu Sarah, aku ingin menebus dosaku karena telah ingkar janji tidak memberimu kabar selama ini.” Jawab Rendi. “Hanya itu?” tanya Sarah lagi meyakinkan. “Tidak, masih ada lagi ... karena aku merindukanmu”.
Beberapa lama Rendi terus mejelaskan alasan mengapa selama ini dia tidak pernah memberi kabar kepada Sarah. Selama di Australia Rendi lebih lama tinggal di rumah sakit karena saat sampai di sana Rendi mengalami kecelakaan yang cukup tradis dan sempat koma beberapa bulan ditambah masa terapi dan pemulihannya. Hal itu tidak ingin diketahui oleh Sarah karena takut Sarah akan sangat khawatir. Dan orang tua Rendi pun sangat mengerti apa yang diinginkan oleh anaknya sehingga tidak memberitahu Sarah.
Mendengar semua penjelasan Rendi itu, Sarah menangis sejadi-jadinya karena dia sudah salah mengira dan hampir melupakan Rendi, tetapi Rendi sangat memakluminya. Dan kini Sarah sadar siapa yang yang harus dipilihnya dan cepat-cepat mengambil keputusan untuk memilih sebelum terlambat. Tetapi sebelum itu sarah ingin menceritakan semua tentang Feri kepada Rendi, bagaimana perhatian Feri terhadapnya ketika Sarah menghadapi masalah terutama saat ditinggal pergi oleh Rendi, dan  masalah lain-lainnya, termasuk janjinya hari ini untuk memberi jawaban kepada Feri. Rendi pun mengerti dan memberi Sarah ijin untuk menemui Feri.
“Fer, sebelumnya aku ingin minta maaf karena sempat membatalkan janji tadi.” Ucap Sarah. “Tidak apa-apa” Jawab Feri singkat. “Tadi aku bertemu dengan Rendi, Fer.” Lanjut Sarah. “Aku tahu, karena sebelumnya kamu tidak pernah ingkar janji sama aku kalau cuma buat masalah yang sepele, kalau ingkar pasti ada sesuatu yang membuatmu terganggu. Yang selama ini aku khawatirin pasti akan terjadi juga yaitu saat Rendi kembali dan itu aku sudah siap-siap dari jauh-jauh hari.” Jawab Feri. “Dan sekarang aku tahu alasan kenapa Rendi tidak pernah kasih kabar ke aku, itu karena .... “ belum selesai Sarah menjelaskan Feri sudah tahu apa jawaban dari Sarah dan kini Feri terima semua dengan ikhlas. “Cukup, aku sudah tahu jawabanmu, aku sangat mengerti kok, dan sekarang kamu cepat temui Rendi sebelum dia nanti pergi lagi!” ucap Feri dengan nada datar sambil tersenyum. “Tapi, kita masih bisa berteman khan, Fer?” tanya Sarah. “Tentu, berteman itu tidak ada kata putus karena hal apapun, ingat itu Sarah!” Jawab Feri. Sarah membalasnya dengan senyumannya yang khas dan terlihat sangat manis dan pergi meninggalkan Feri.
Sekarang  ini Rendi sering memberi kabar kepada Sarah tentang kuliahnya di Autralia, bagaimana suasananya, kesehatannya dan hal-hal lainnya. Itu semua membuat Sarah sangat bahagia. Di samping ia mempunyai kekasih yang sangat mencintainya juga mempunyai teman yang menyayanginya.

Tugas 4 PENPOP 

Selasa, 13 Desember 2011

PERTEMUAN DI MINGGU PAGI

Oleh : Farras Az Zahra
Matahari belum sepenuhnya muncul, embun pagi masih menghiasi rerumputan, jam pun menunjukan pukul 05.00, aku langsung bergegas bangun dan pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan kembali ke kamar untuk shalat. Ya ini minggu pagi, waktunya aku untuk berolahraga. Aku berlari-lari kecil di komplek perumahan yang tak jauh dari rumahku.
Aku terus berlari, tiba-tiba seorang pria menghampiriku. Ia menanyakan bagaimana kabarku, tapi aku sama sekali tidak mengenal orang itu. Ia terus saja menanyakan tentangku, kesibukanku sekarang, ia menceritakan tentang sekolah dulu. Entahlah, tak mengerti apa maksudnya itu!. Sampai akhirnya aku pun memutuskan untuk bertanya “memangnya kamu siapa?” dia malah tertawa, aku pun hanya tersenyum sambil memikirkan mengapa dia tertawa. Ingin rasanya aku menghindar dari orang ini tapi ia selalu mengikutiku. Taklama ia memperkenalkan dirinya ia bilang, dulu ia cukup dekat denganku, tapi sungguh aku tak mengenalnya. Akhirnya ia memberitahukan namanya . ya Tuhan saat aku mendengar namanya tiba-tiba tulang-tulang disekujur tubuhku terasa bergemeretak, jantung ini berdegub lebih kencang dari biasanya. Ahh ada apa dengan ku?.
Aku pun beristirahat sejenak, dengan meminum air mineral seharga 2500 rupiah. Pria  ini masih saja mengikuti, Alba namanya. Ia, mantan kekasihku. Ya, bisa dibilang cinta monyet. ia mengajakku makan bubur ayam. Tapi aku masih saja merasa heran karena dia tak seperti dahulu, kini ia tinggi dan wajahnya pun semakin tampan. Cukup lama aku tak bertemu dengannya. Sembari makan bubur kami pun melanjutkan pembicaraan kami, kami menceritakan tentang kesibukan kami. Tapi lama-lama pembicaraan itu pun berubah menjadi pembahasan yang aneh dan semestinya tak perlu untuk diperbincangkan lagi. Kami pun bertukar no handphone.
Matahari pun sudah muncul sepenuhnya, aku memutuskan untuk pulang kerumah. Sampai di rumah, aku langsung membantu ibuku, merapihkan kamar, dan mandi. Menanti datangnya anak-anak ke rumahku. Ini tugas baru untukku, aku akan mengajarkan anak-anak les. Saat jam menunjukan pukul 08:30 HandPhoneku pun berbunyi, teman-teman smpku ingin mengadakan kumpul hari ini.
Pukul 12.30 pun tiba. Ini saatnya aku bersiap-siap karena aku sudah berjanji akan pergi dan berkumpul bersama teman-teman lamaku. Kami akan berkumpul disalah satu mall di Tangerang. Aku datang lebih awal dari teman-temanku yang lain. Saat aku sedang meninum secangkir ice cappuccino, datanglah mereka. Tapi kini lebih banyak dari biasanya. Ooh ternyata ada dia, ya Alba . mengapa mereka tak memberitahuku?. Dia pun duduk di sampingku . kami berbincang-bincang bahkan sampai tertawa terbahak-bahak, ya ini lah kami jika sudah disatukan. Tapi kenapa aku dan alba yang jadi bahan ledekan hari ini. Waktu pun terus berputar, tak terasa kami sudah lama ditempat ini. kami memutuskan  untuk pulang. Alba ingin sekali mengantarkanku untuk pulang. Tak bisa ku tolak, karena teman-temanku memaksa aku untuk pulang bareng alba.
Sepanjang perjalanan aku hanya bisa mengotak-atik handphoneku, entah kenapa aku merasa gugup, seperti orang yang baru kenal, memang cukup lama kami tidak bertemu. Ia pun tak mengajakku mengobrol, ia hanya fokus pada jalanan dan mobil yang dikemudikannya. Ini bukan jalan menuju kerumahku, mau dibawa kemana aku. Dengan sangat terpaksa aku pun bertanya ”mau kemana kita?”. Ia hanya menjawab “ nanti juga tau!”. Ternyata ia mengajakku untuk pergi kesuatu tempat. Ya tempat itu memang sering kami kunjungi waktu dulu. Entah apa maksudnya mengajakku ke tempat ini. ia memesan jus alpukat dan tape bakar, ya ampun ternyata ia masih hafal saja makanan dan minuman kesukaan ku. tapi apa maksudnya?. Banyak yang kami bicarakan saat itu, dan ia memberiku kotak yang terbuat dari kardus berbentuk love. Aku Tak mengerti maksud semua ini. sampai akhirnya aku mengajak alba untuk pulang.

Tugas 3 .. Penulisan Populer