BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Sabtu, 17 Desember 2011

DUA PILIHAN

Oleh: Siti Chodijah Juniati
Beberapa kali bus berhenti di halte, namun Sarah tidak menaikinya ia masih saja duduk berdiam diri di sana. Seperti biasa, setiap kali berangkat kuliah Sarah selalu melamun di halte itu karena di tempat itu Sarah terakhir bertemu dengan kekasihnya sebelum pergi ke Australia. Sudah hampir dua tahun ia menunggu kabar namun kabar itu tak pernah kunjung jua.
            Dalam lamunannya, dia masih mengingat kata-kata terakhir yang diucapkan Rendi padanya. “Sarah, hari ini aku berangkat ke Australia bersama orang tuaku. Bisakah kamu menungguku sampai aku selesai kuliah dan kembali ?” tanya Rendi. “Berapa lama kamu di sana?” tanya Sarah dengan wajah sedih. “Tidak lebih dari empat tahun.” Jawab Rendi. “Baiklah, tapi kamu janji kamu sering kasih kabar, tapi jika tidak berarti kamu sudah melupakan aku” Jelas Sarah.
            Mengingat kata-kata itu Sarah merasakan sakit di hatinya. Dia selalu berpikir bahwa Rendi telah melupakannya. Baginya Rendi adalah kekasih yang terbaik dan amat dicintainya sehingga sulit untuk dilupakan.
            “Mbak ... Mbak ... Mbak ?” tiba-tiba Sarah kaget dan sadar dari lamunannya karena mendengar suara laki-laki yang menyapanya. “Oh, iya, ada apa?” spontan Sarah menjawab. “Tidak ada apa-apa, saya heran karena saya lihat dari tadi Mbak melamun aja. Hati-hati lho Mbak kalau melamun di sini, bahaya!” Jawab laki-laki itu sambil tersenyum. “Iya, makasih ya udah ingetin.” Ucap Sarah, laki-laki itu hanya membalas dengan senyuman. Tidak lama bus datang lalu Sarah bergegas menaikinya karena ia sadar hari sudah terlalu siang untuk ke kampus. Sedangkan laki-laki itu masih duduk menunggu bus tujuannya.
            Esok harinya Sarah bertemu kembali dengan laki-laki itu di halte. Hari ini dia tidak lagi melamun karena laki-laki itu mengajaknya berbicara dan berkenalan. Laki-laki itu sebenarnya sudah sering melihat Sarah di halte dan selalu memperhatikannya, tapi Sarah tidak menyadarinya. Dia tahu kalau Sarah sedang sedih dan selalu melamun, hingga dia rela menunggu sampai Sarah menaiki bus.
            “Kamu kuliah ?” tanya Feri, “Ya, aku kuliah di Jakarta. Kalau kamu kuliah juga? Sarah tanya balik, “Tidak, aku sudah lulus dan sekarang aku kerja.” Jawab Feri singkat. ... Seiring waktu berjalan mereka terus berkenalan satu sama lain.
            Kini suasana hati Sarah sedikit tenang dan ceria, karena kini dia sering mencurahkan masalahnya kepada temannya Feri termasuk masalahnya dengan Rendi. Sarah merasa sangat nyaman berteman dengan Feri karena Feri adalah salah seorang yang peduli terhadapnya, selain itu juga Feri orang yang dewasa. Kedewasaan Feri bisa mengimbangi sifat Sarah yang tidak dewasa, apalagi saat menghadapi suatu masalah. Apakah itu masalah tentang tugas kuliah, tentang keluarga dan teman-temannya. Tapi, Feri menanggapinya dengan sabar karena Feri menyukai Sarah sejak awal bertemu. Tapi ada hal yang sangat dibanggakan Feri dari sosok Sarah yaitu pintar dan pengertian.
            Sudah hampir setahun  mereka berteman. Selama itu pula tidak ada  komitmen di antara mereka. Sudah lama Feri ingin mencurahkan hatinya namun dia masih merasa kalau Sarah masih mencintai kekasihnya yaitu Rendi. Karena di setiap bertemu Sarah tidak pernah lepas membicarakan Rendi dan itu membuat Feri urungkan niatnya untuk menyatakan cinta pada Sarah. Hingga suatu ketika Sarah mengajaknya bertemu, Feri ingin memaksakan diri untuk mencurahkan isi hatinya pada Sarah.  
“Sarah, apakah kamu masih menunggu Rendi kembali ?” tanya Feri. “Aku tidak tahu, sebenarnya aku nggak mau menunggu tapi hati berkata lain.” Jawab Sarah. “Jika suatu saat ada seorang yang lebih baik dari Rendi dan dia menyukaimu bagaimana? Apakah kamu menerimanya?” tanya lagi Feri. “Entah lah, aku merasa belum yakin betul kalau aku sudah benar-benar melupakannya. Aku nggak mau bersama orang lain sebelum aku berhenti mencintai Rendi karena aku tak mau menyakitinya.” Jawab Sarah. “Kenapa kamu tanya kayak gitu, apakah seseorang yang menyukaiku itu kamu, Fer?” lanjut Sarah dengan nada becanda. Feri sempat terkejut tapi dia harus menjawab, “ Kalau iya, bagaimana? Apa kamu mau menolak?” .... Sarah hanya diam dan tidak menjawab.
            “Kring..Kring..Kring”  telepon rumah berdering, Sarah bergegas mengangkatnya karena dia tahu pasti yang menelponnya adalah Feri. Karena hari itu Sarah jamji akan bertemu dengan Feri dan memberikan jawaban atas pertanyaan Feri waktu lalu. Tapi, suasana hatinya berubah saat tahu yang menelponnya itu bukan Feri tetapi Rendi. Sarah terkejut ketika tahu kalau Rendi akan kembali ke Jakarta hari ini dan langsung ingin menemuinya. Saat itu juga Sarah bingung, apa yang harus dia lakukan. Hatinya tiba-tiba bimbang, entah siapa yang harus ditemuinya, Feri ataukah Rendi ???
            Sarah memutuskan untuk bertemu dengan Rendi dan membatalkan pertemuannya dengan Feri. Sarah bertemu dengan Rendi di tempat yang terakhir mereka bertemu, yaitu di Halte. Saat bertemu, tak sadar air mata Sarah menetes membasahi pipinya yang putih dan halus ia merasa dirinya dimainkan oleh Rendi karena sudah hampir tiga tahun tidak bertemu dan juga tidak ada kabar dan kini dia baru datang menemuinya, di samping Sarah juga sangat benci tapi merindukan Rendi.
            “Kenapa kamu kembali, khan belum genap empat tahun?” tanya Sarah dengan sinis sambil terisak. “Aku kembali ingin bertemu denganmu Sarah, aku ingin menebus dosaku karena telah ingkar janji tidak memberimu kabar selama ini.” Jawab Rendi. “Hanya itu?” tanya Sarah lagi meyakinkan. “Tidak, masih ada lagi ... karena aku merindukanmu”.
Beberapa lama Rendi terus mejelaskan alasan mengapa selama ini dia tidak pernah memberi kabar kepada Sarah. Selama di Australia Rendi lebih lama tinggal di rumah sakit karena saat sampai di sana Rendi mengalami kecelakaan yang cukup tradis dan sempat koma beberapa bulan ditambah masa terapi dan pemulihannya. Hal itu tidak ingin diketahui oleh Sarah karena takut Sarah akan sangat khawatir. Dan orang tua Rendi pun sangat mengerti apa yang diinginkan oleh anaknya sehingga tidak memberitahu Sarah.
Mendengar semua penjelasan Rendi itu, Sarah menangis sejadi-jadinya karena dia sudah salah mengira dan hampir melupakan Rendi, tetapi Rendi sangat memakluminya. Dan kini Sarah sadar siapa yang yang harus dipilihnya dan cepat-cepat mengambil keputusan untuk memilih sebelum terlambat. Tetapi sebelum itu sarah ingin menceritakan semua tentang Feri kepada Rendi, bagaimana perhatian Feri terhadapnya ketika Sarah menghadapi masalah terutama saat ditinggal pergi oleh Rendi, dan  masalah lain-lainnya, termasuk janjinya hari ini untuk memberi jawaban kepada Feri. Rendi pun mengerti dan memberi Sarah ijin untuk menemui Feri.
“Fer, sebelumnya aku ingin minta maaf karena sempat membatalkan janji tadi.” Ucap Sarah. “Tidak apa-apa” Jawab Feri singkat. “Tadi aku bertemu dengan Rendi, Fer.” Lanjut Sarah. “Aku tahu, karena sebelumnya kamu tidak pernah ingkar janji sama aku kalau cuma buat masalah yang sepele, kalau ingkar pasti ada sesuatu yang membuatmu terganggu. Yang selama ini aku khawatirin pasti akan terjadi juga yaitu saat Rendi kembali dan itu aku sudah siap-siap dari jauh-jauh hari.” Jawab Feri. “Dan sekarang aku tahu alasan kenapa Rendi tidak pernah kasih kabar ke aku, itu karena .... “ belum selesai Sarah menjelaskan Feri sudah tahu apa jawaban dari Sarah dan kini Feri terima semua dengan ikhlas. “Cukup, aku sudah tahu jawabanmu, aku sangat mengerti kok, dan sekarang kamu cepat temui Rendi sebelum dia nanti pergi lagi!” ucap Feri dengan nada datar sambil tersenyum. “Tapi, kita masih bisa berteman khan, Fer?” tanya Sarah. “Tentu, berteman itu tidak ada kata putus karena hal apapun, ingat itu Sarah!” Jawab Feri. Sarah membalasnya dengan senyumannya yang khas dan terlihat sangat manis dan pergi meninggalkan Feri.
Sekarang  ini Rendi sering memberi kabar kepada Sarah tentang kuliahnya di Autralia, bagaimana suasananya, kesehatannya dan hal-hal lainnya. Itu semua membuat Sarah sangat bahagia. Di samping ia mempunyai kekasih yang sangat mencintainya juga mempunyai teman yang menyayanginya.

Tugas 4 PENPOP 

0 komentar: