BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Selasa, 31 Januari 2012

Aku bukan Raja yang dulu

Oleh : Dessy Susanti

Aku bukan Raja yang dulu
Nama ku Raja Saputra, kata ayah ia memberi nama ini karena ia ingin suatu hari nanti aku menjadi pemimpin. Ayahku seorang  pengusaha swasta di bidang peternakan, aku anak putra pertama dan anak terakhir dari tiga bersaudara. Orang bilang aku ini anak kesayangan ayah, sebab aku anak lelaki yang sangat di inginkan.   
Aku hanya lulusan SMP saja, saat kelas 1 SMA aku sudah di keluarkan tiga kali dari sekolah yang berbeda. Mereka mengeluarkan aku dari sekolah dengan alasan aku sering bolos sekolah, jarang masuk kelas dan bercanda di dalam kelas, tidak mematuhi peraturan, aku juga tidak mendengarkan apa kata guru, dan masih banyak lagi alasan-alasan mereka tidak menerimaku lagi di sekolah.
Akibat tingkahku yang sangat nakal ini, akhirnya ayah pun lelah dan membebasaskanku. Ia membiarka apa pun yang ingin ku lakukan, termasuk aku yang tidak ingin sekolah.
Hari itu ada seorang gadis pidahan tinggal di desa sebelah. Namanya indah, kata orang ia gadis yang cantik, baik hati dan ramah pada orang. Akhirnya aku pun penasaran dengan gadis itu, masa iya gadis itu sangat sempurna, sehingga banyak teman-temanku yang suka padanya.
Saatku datang ke rumah Rino yang letak rumahnya tidak jauh dari gadis itu, bahkan rumahnya bisa terlihat dari depan rumah Rino. Aku melihat gadis itu biasa saja, tidak secantik yang teman-temanku bilang.
Sampai usia Sembilan belas tahun ini aku belum pernah merasakan benar-benar jatuh cinta pada seorang gadis. Aku lebih mementingkan bermain dan berkumpul dengan teman-teman lelakiku saja.
Temanku Rino itu sangat menyukai gadis itu, hampir setiap hari ia menceritakan tentangnya. Tetapi temanku yang lain bilang gadis itu tidak menyukai Rino, karena ia bilang Rino itu lelaki yang pendiam dan membosankan. Saat datang kerumah gadis itupun, Rino lebih banyak diam.
Suatu malam aku diajak Rino ke rumah gadis itu, karena Rino tidak berani datang sendiri kerumah gadis itu. Saat bertemu gadis itupun Rino tidak banyak bicara sambil tersenyum malu. Sedangkan aku yang baru pertama kali bertemu dengan gadis itu selalu menggodanya dengan candaan.
Karena aku ini mudah sekali bergaul dengan siapa saja, dan aku juga bisa langsung akrab dengan orang. Sedangkan Rino, ia masih dengan gayanya yang malu-malu.
Dari situ kami berdua mulai merasa cocok berteman, kami pun saling bertukar nomor handphone. Hampir setiap hari kami telpon dan sms, kami menceritakan kepribadian kami masing-masing, tapi itu semua hanya sebagai teman. Karena aku tahu temanku suka padanya.
Awalnya perasann ini hanya sebagai teman saja, tapi lama kelamaan perasaan yang awalnya hanya sebagai teman, kini berubah menjadi cinta. Perasaan ini timbul dari banyak kesamaan yang kami miliki, dan aku pun merasa nyaman dengan gadis itu. Rasa ini rasa yang belum pernah aku alami sebelumnya.
Setelah kami mulai sering bertemu dan jalan bersama, perasaan cinta ini semakin mendalam. Akhirnya aku memberanikan diri untuk menyatakan cintaku padanya. Walau sebenarnya aku takut kalau Rino tahu ia bisa marah, sebab Rino juga sangat menyukai gadis ini.
Akhirnya Indah pun menerima cintaku, karena ia juga merasakan hal yang sama padaku. Kami merajut cinta dengan diam-diam, karena kami tidak ingi Rino mengetahui hubungan kami.
Akhirnya suatu hari Rino mengetahui hubungan kami, dan ia marah sekali padaku. Tapi setelah aku dan indah menjelaskan perasaan kami yang saling mencintai, Rino pun merelakan aku berpacaran dengan indah.
Masalah tidak berhenti sampai di situ, setelah Rino merestui hubungan kami. Sekarang orang tua indah yang tidak merestui hubungan kami.
Orangtua indah tidak merestui hubungan kami dengan alasan aku ini tidak baik untuk indah. Ayahnya banyak mendengar dari tetangga bahwa aku ini anak yang nakal, sekolah SMA saja tidak lulus. Aku ini hanya anak yang bisanya merepotkan orang tua saja. Bagaimana bisa aku berani mencintai anak gadisnya.
Karena kami saling mencintai akhirnya kami menjalani cinta diam-diam lagi agar orangtua indah tidak mengetahui hubungan kami. Walau kami sudah menjalani ini diam-diam tetapi orang tua indah tetap saja bisa tahu. Indah selalu dimarahi saat habis bertemu denganku. Sebenarnya aku tidak tega bila tahu indah dimarahi orang tuanya.
Akhirnya aku memutuskan untuk menjauh dari indah untuk sementara waktu. Dan harus menahan rasa rindu untuk bertemu dengannya.
Aku pun pergi merantau ke tempat teman yang ada di daerah citayam. Di daerah sana lumayan dekat dari kota Depok. Aku ikut membantu teman yang membuka usaha warung bakso dan mie ayam.
Awalnya aku merasa lelah bekerja seperti ini, karena dari kecil aku tidak pernah merasakan bekerja, apalagi pekerjaan di tempat ini rasanya aku seperti pembantu. Aku harus melayani orang makan, dan mencuci piring bekas makan orang. Padahal waktu dirumah aku tidak pernah mencuci piring bekas makanku sendiri.
Lama-kelamaan aku pun melai mahir dalam usaha ini, aku sudah bisa membuat bakso dan menyiapkan mie ayam sendiri. Uang dari gajiku mulai ku tabung, dalam dua tahun akhirnya aku sudah bisa membuka warung bakso sendiri.
Awalnya usahaku tidak terlalu maju, mungkin karena belum banyak orang yang tahu tempatku ini. Akhirnya satu tahun belakangan warungku sudah sangat ramai. Aku pun bisa membayar dua orang karyawan untuk membantuku di warung.
Tidak sampai waktu tiga tahun  aku sudah memiliki cabang warung bakso yang baru. Bisa di bilang sekarang aku lumayan sukses.
Merasa sudah cukup mapan, akhirnya aku datang kembali ke rumah indah untuk menemui orangtuanya. Aku ingin melamar indah dan membuktikan bahwa sekarang aku sudah bisa bertanggung jawab dan pantas untuk  indah.
Saat bertemu kembali dengan ku ayah indah tidak langsung menerima lamaranku ini. Ia belum percaya bahwa aku telah berubah dan bisa menghidupi anak gadisnya.
Lama-kelamaan akhirnya ayah indah menyadari bahwa sekarang aku bukan Raja yang dulu, yang sering dibicarakan orang banyak. Aku bukan anak yang suka mabuk-mabukan, aku juga bukan anak yang bisanya hanya meminta kepada orangtua saja. Tapi sekarang aku Raja yang mandiri dan memiliki usaha sendiri.

0 komentar: