BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Senin, 30 Januari 2012

cinta dan sahabat





Namaku Gadis, usiaku 17 tahun, aku duduk di bangku kelas III SMAN 1 MAKASAR. Awalnya kehidupanku berjalan biasa-biasa saja dan tidak ada suatu hambatan apa pun yang datang menghampiriku. Tetapi semua itu berubah dengan cepat ketika aku mengenal seorang pria yang bernama Putra. Hidupku menjadi lebih berwarna ketika aku mengenal dia. Dan karena dia juga aku terjebak di dalam dunia yang bernama cinta dan sahabat.

Cinta dan sahabat, dua hal yang tak mudah untuk di mengerti. Kadang bisa sangat berarti, namun terkadang bisa juga  membuat luka teramat perih. Aku adalah orang yang berada di tengah-tengah cinta dan sahabat itu. Kini, aku yang begitu merindukan hadirnya seorang kekasih, dalam hangatnya persahabatanku dengan Putri yang lebih muda satu tingkat dariku.

Tiga minggu di awal semester satu...aku duduk di bangku kelas III SMA, segudang kegiatan pun aku lalui tanpa aku harus memikirkan cinta, menurutku itu hanya membuatku lelah.
Namun, pertemuan itu membuatku melupakan suatu hal, aku yang larut dalam perasaanku terhadap Putra. Aku terlalu bodoh karena terlalu jatuh hati pada orang yang salah, jatuh hati pada orang yang tak pernah menyimpan cinta padaku. Aku tak begitu saja menyalahkannya. Dia tak patut untuk disalahkan, dia hanya korban dari cintaku dan dia terlalu baik mau mengerti akan cintaku padanya.

Dan terlalu naif bila kini aku harus menyesal karena mengenalnya. Karena dia aku dapat merasakan hal terindah, walaupun hanya sekejap. Aku terlalu naif hingga aku pun tidak menyadari Putri merasakan juga perih yang kurasa. Putri sahabatku orang yang aku percaya seutuhnya, orang yang selalu berusaha ada untukku. Kini, telah terluka karena keegoisanku.

Seharusnya aku tak pernah hadir di antara Putra dan Putri. Bila akhirnya luka ini yang kurasa. Andai saja aku sadari dari awal, andai saja aku lebih mengerti mereka, andai saja aku tidak jatuh hati pada Putra, Putra dan Putra. Orang yang kucintai dan selalu ada dalam hatiku walau hati ini terasa perih, aku dapat mengerti tak ada gunanya aku bertahan di sisimu, karena ternyata kau lebih menginginkan Putri untuk mengisi hari-harimu. Aku di sini yang begitu tulus mencintaimu dan aku yang selalu berusaha untuk mengerti dirimu akan selalu menanti dan menata hati lagi hingga bayanganmu pergi, hingga tak ada lagi luka yang aku rasakan, hingga tak ada lagi kecewa yang terasa. Aku di sini akan selalu berusaha tegar menjalani hari-hariku, aku akan selalu berusaha tersenyum agar kau bisa bahagia bersama Putri sahabatku. Walaupun Putri telah merebutmu dari hidupku, tetapi aku tidak akan pernah lupa untuk selamanya kau tetap sahabatku, percayalah dengan sisa kesedihanku ini.

Aku masih dapat bertahan hingga kelak kau mengerti bahwa aku memang mencintaimu. Aku memang menyayangimu, tapi aku tak rela tersakiti olehmu saat ini, esok dan sampai kapan pun. Pertemuan itu berawal dari perkenalanku dengan Putra, seorang cowok yang aku kenal dari temanku, Kharim. Perkenalan yang terbilang singkat juga, aku mulai merasakan getaran cinta itu. Rasa itu mulai menerangi kembali tahta hatiku yang telah lama di tinggal pergi oleh seseorang yang pernah begitu berarti dalam hidupku dulu. Yang sampai saat ini pun aku belum bisa melupakannya.

Putra yang telah hadir untuk mengisi hari-hariku pun membuatku terlelap akan rasa bahagia itu, hingga aku pun tak pernah menyadari ternyata semua kebahagiaan itu palsu. Putra orang yang aku cintai dengan tulus ternyata datang hanya untuk menyakiti dan menorehkan luka. Luka yang teramat dalam di hatiku. Pertemuan itu juga yang telah menghancurkan semuanya. Hidupku yang begitu indah dan begitu berwarna menjadi hancur akan hadirnya!.

Malam itu aku dan Putra sepakat untuk memadu kasih, merajut asa dan menggapai cita berdua. Aku belum pernah merasakan sebahagia ini, aku begitu merasa begitu beruntung bisa dicintai oleh orang yang aku cintai. Hari-hari bahagia pun mulai kami lalui. Putra begitu indah di mataku yang membuatku lupa akan segalanya, bila bersamanya. Itu juga yang membuatku merelakan tahta hatiku dipenuhi oleh cintanya, namun lagi-lagi kenyataan tak selalu berjalan sesuai dengan yang kuharapkan.

Minggu pertama hubungan cintaku bersama Putra mulai goyah, Putra mulai berubah dan Putra tidak lagi selalu tersenyum manis untukku. Putra juga tidak bersifat manis padaku, setiap tutur katanya yang menyejukkan hatiku kini terasa mengiris-iris hatiku. Apa yang telah aku lakukan padanya hingga dia begitu tega kepadaku, aku begitu percaya padanya hingga aku pun terluka olehnya.

Hubungan ini berakhir begitu saja, pertemuan singkat itu menjadi menyakitkan. Sahabat pun menjadi pelarian sedih dan kecewa, tapi sahabatku tega mengkhianatiku. Dia yang ternyata merebut Putra dariku, dia merenggut semua kebahagiaanku .Persahabatan yang telah bertahun-tahun aku bina bersamanya pun menjadi tak berarti. Aku lelah dengan semua ini hingga aku sempat memutuskan tali persahabatan itu, egoiskah aku?

Aku hanya belum bisa berpikir jernih saat itu, aku merasa semakin tolol, seharusnya aku bisa merelakan Putra dan Putri untuk bersama. Karena mungkin kebahagiaan Putra hanya ada pada Putri. Aku belum siap kehilangan kebahagiaan itu, aku masih ingin disayangi walau semua itu hanya kebohongan. Aku tak mau merasakan sakit hati ini lagi. Akankah sakit ini akan terganti saat aku melihat kebahagiaan orang yang aku cintai dan Putri sahabatku hidup bersama dalam ikatan yang namanya cinta.

Kini dalam setiap hari-hari sepiku, dalam kesendirianku, aku hanya bisa berharap aku akan memiliki kekasihku lagi, memiliki dia yang telah pergi, karena  aku akan selalu mencintainya. Aku akan selalu mengenangnya di dalam hatiku, karena dia telah datang dan pergi dengan menghiasi setiap sudut di dalam hatiku dengan cintanya yang sesaat, dan Putri sahabatku buatlah cintaku bahagia karena kalian begitu berarti untukku....

0 komentar: