BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Senin, 30 Januari 2012

demi cinta

Nama      : Afrizal Zainudin
Jurusan   : Sastra Indonesia
NIM         : 2009070008

             

          Pagi masih terlihat sejuk, burung-burung pun terus bernyanyi di atas pohon depan kamarku, entah kenapa hari ini aku merasa bersemangat, mungkin karena aku akan bertemu dengan Bejo sepulang sekolah nanti. Setelah sebulan lamanya aku tidak bertemu dengannya. Sesampainya di sekolah Tarmin dan Minah sudah menunggu aku dikelas. Dis, bagaimana nanti? Pasti kamu sudah tidak sabar ?. Tanya Tarmin sedikit ingin tahu. Iya nih Min, aku jadi ingin buru-buru pulang saja. Ya ampun Gendis, kita baru saja masuk kelas. Sindir Minah dengan menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menepuk bahuku.
          Akhirnya bel pulang berbunyi tanda pelajaran kami sudah selesai, dengan bergegas aku langsung pamit pulang. Aku menunggu di kantin depan sekolah, aku lihat jam ternyata masih jam setengah satu, sedangkan Bejo janji menjemputku jam satu nanti di sini. Sambil menunggu waktu itu tiba aku minum  es kelapa dan makan baso. Akhirnya Bejo datang juga meski terlambat 15 menit. Aku lihat ia begitu murung, sorot matanya nampak menggambarkan kesedihan yang mendalam. Hai..Gendis apa kabar ?. Tanya Bejo sambil mengecup keningku. Begitu hangat kecupan Bejo. Seakan-akan melepas rindu yang mendalam.
           Aku tak banyak berkata-kata, kamu kenapa Bejo ?. Hari ini aku lihat kamu aneh, kamu punya masalah ?..ada apa ?.., aku semakin mengkhawatirkan orang yang selama lima tahun ini telah menjadi pacarku. Sebelum Bejo menjawab aku sudah diajaknya pergi meninggalkan kantin. Selama perjalanan Bejo terus menggenggam tanganku sambil mengendarai motor yang kami tumpangi dengan pelan namun pasti. Bejo mengajak aku ke pantai, dan ini untuk yang pertama kalinya ia mengajak aku ketempat seromantis ini. Kami berjalan menyusuri pinggir pantai, sambil merangkulku Bejo tiba-tiba saja bercerita. Kamu ingin tahu, kenapa selama satu bulan ini aku tidak menghubungimu atau bahkan menemuimu ?. Aku tahu itu karena kamu harus keluar kota untuk bekerja, mungkin kamu sibuk makanya kamu tidak menelepon aku, hanya itu yang aku tahu, bukan karena itu Gendis. Masih banyak yang kamu belum tahu tentang aku, mungkin kamu terlalu baik untuk aku, kamu selalu berusaha untuk berada dekat aku saat aku merasa kehilangan semangat, saat aku merasa benar-benar tak berarti lagi untuk jadi orang yang kau cintai. Jangan katakan kamu tidak mencintaiku lagi Bejo ?. Aku tidak ingin mendengarnya. Bukan Dis !. Lalu apa..?. Tidak mungkin aku tidak mencintaimu, kamu sudah terlalu memenuhi seluruh pikiranku selama ini, terlalu banyak cerita yang kulalui bersamamu, tak pernah sedikit pun kamu menyakiti perasaanku, kamu selalu membuat aku tersenyum, bahkan tertawa di saat kesedihan melandaku. Bejo mengajak  aku untuk menumpangi perahu berdua saja dengan makanan dan minuman yang tertata rapih dimejanya. Ada dua lilin dan satu tangkai bunga mawar dan secarik kertas berwarna biru tertuliskan namaku.    

GENDIS  PURBA  NINGRUM

Mungkin aku tak bisa membahagiakanmu, tapi paling tidak
izinkan aku memberikan yang berlebih pada diriku untuk mu.
Maafkan aku atas kata-kata yang tak terwujud,
maafkan aku atas kebisuanku selama ini.

Dariku
Yang tidak ingin kehilanganmu
untuk selamanya

BEJO  MANGKULANGIT

          Aku seakan-akan telah terlelap dalam mimpi indahku, mimpikah aku ?  tidak  Gendis, kamu tidak bermimpi kamu sedang bersama aku sekarang. Bejo ayo kita pulang sudah sore nanti mama marah. Tenang saja Dis, tadi aku sudah izin sama mama untuk mengajak kamu pergi dan pulang larut. Terlalu banyak yang sudah kamu perbuat untuk ku Jo, tapi sesungguhnya aku mengenalmu, aku tahu sebelum kamu mengatakannya padaku, yang aku butuh bukan kata-kata manis, atau puisi, bahkan setumpuk bunga mawar, karena yang aku butuh hanya kamu dan bersamamu dalam setiap detik yang aku punya, ada kamu yang menjaga aku, ada kamu yang membuat aku semangat.
          Enam bulan berlalu akhirnya aku di terima di salah satu universitas tempat di mana Bejo kuliah dulu, belum lagi Tarmin dan Minah juga di terima di tempat yang sama. Ini hari pertama aku masuk kuliah, dan tadi Bejo yang mengantar aku ke kampus. Saat aku sedang mengikuti OSPEK semuanya masih berjalan lancar, sampai saat aku merasa seluruh badanku remuk kepala aku pusing dan aku tak tahu apa yang terjadi lagi setelah mataku terpejam dan terjatuh. Sadar-sadar  aku sudah berada di ruang perawatan kampus. Dis, kenapa kamu, kamu belum makan ? tanya Minah dan Tarmin mengkhawartirkan aku. Loh…. kalian boleh masuk kesini, ia sekarang kita sudah diizinkan pulang oleh kaka senior.
          Satu minggu berlalu entah kenapa akhir-akhir ini badan aku terasa pegal-pegal belum lagi rasa nyeri ditulangku, dulu aku juga pernah seperti ini dan sudah diperiksakan ke dokter, aku hanya tidak boleh terlalu lelah saja. Setelah minum obat hilang semua. Tapi sekarang tambah parah, sudah dua hari aku tidak masuk kuliah, tentu saja semua jadi khawatir akan keadaanku. Tiap hari setiap pulang kuliah Tarmin dan Minah selalu menemaniku dirumah belum lagi perhatian Bejo yang membuat aku merasa jadi ratu.
          Satu tahun berlalu begitu lambat mungkin karena sakit yang aku rasakan sehingga selama setahun belakangan ini aku selalu keluar masuk rumah sakit dengan keluhan yang sama. Aku tidak tahu sakit apa, karena selama ini dokter yang memeriksaku hanya berbicara dengan mama atau Bejo dan ketika aku tanya mereka menjawab aku hanya tidak boleh kelelehan. Aku jadi penasaran.

          Satu minggu berjalan lancar badanku terasa lebih enak, tulangku pun menjadi lebih bersahabat, sehingga aku beranikan diri untuk meminta Bejo untuk jalan-jalan keluar rumah. Akhirnya Bejo menyetujuinya dengan persetujuan mama tentunya, Bejo mengajak Tarmin dan Minah juga. Bejo menjemputku, setelah berpamitan kita melaju ke tempat Tarmin dan Minah. Lalu kita pergi berempat ke salah satu tempat karaoke di Jakarta karena aku yang memintanya, entah kenapa aku ingin sekali bernyanyi bersama mereka. Penuh canda dan tawa semuanya, aku merasa tidak seperti orang sakit. Bejo selalu tersenyum dan bernyanyi sambil melihat kearahku sehingga membuat  Tarmin dan Minah iri. “Aduh, yang berduaan dunia milik berdua deh” sahut Minah agak sedikit mencibir sambil tertawa memandang Tarmin. Minah, aku sayang kamu, jangan pergi dariku ? sahut  Tarmin beriringan meledek aku dan Bejo. Tiga jam berlalu dan kami menghabiskannya disini. Penuh canda tawa dan kenangan yang indah bersama mereka.
          Hari ini hari minggu sudah pasti semua libur, aku meminta Bejo untuk pergi ke tempat wisata di Jakarta, kali ini Tarmin dan Minah juga ikut, aku membawa bekal secukupnya dan kamera untuk mengabadikan suasana di sana nanti. Entah kenapa aku tidak ingin melewati hariku sendiri dan hanya sendiri. Kami pergi dan di sana banyak kejadian yang menyenangkan. Kami berfoto dan selalu bersama. Banyak sekali foto dan gaya-gaya kami.
          Keesokan harinya aku ingin sekali pergi ke villa bareng dengan mereka dan keluarggaku, tapi kata Bejo aku sudah terlalu lelah bagaimana kalau kita undur saja jadi minggu depan dan kebetulan juga bertepatan dengan ulang tahunku. Aku pun menyetujuinya. Keesokan harinya Bejo rutin datang kerumah dan bicara dengan kedua orang tuaku. Aku sempat mendengar percakapan mereka, apa lagi kalau bukan pestaku nanti. Mama sibuk menelepon saudara, papa dengan Bejo sibuk menyiapkan acaranya nanti, belum lagi Tarmin dan Minah sibuk dengan mama mencatat  siapa saja temanku yang akan diundangnya. Entah kenapa aku jadi semakin sedih, ternyata banyak sekali orang-orang yang menyayangiku selama ini, aku beruntung memiliki mereka disisiku. Ah, tubuhku menggigil dan kurasakan dingin, aku juga merasakan sakit yang luar biasa di tulangku. Tapi aku tidak mau mereka semua mengkhawatirkan aku, aku sengaja menyembunyikan sakitku. Aku berkaca “Oh…alangkah pucatnya aku seperti kehabisan darah, rambutku pun makin menipis”. TUHAN kenapa aku ?, ada apa dengan tubuhku ?. Tiba-tiba saja Tarmin dan Minah masuk ke kamar tanpa mengetuk pintu.” Hai Dis”, yang mau ulang tahun bercermin terus. Sahut si tukang celetuk  Minah. “Kita kesalon saja, aku ingin memotong rambutku” ajak Tarmin. Aku juga mau creambath. Gendis kamu sekalian saja mempercantik diri buat ulang tahun nanti.
          Sepulangnya dari salon badan aku agak rilek. Besok sudah acaranya semua jadi semakin sibuk. Malam ini aku tidur tidak nyenyak, untung saja ada Bejo tiba-tiba datang kerumah sambil membawa kue kecil bertuliskan happy birthday Gendis dan 21 lilin menandakan usiaku sekarang. Bejo menyanyikan Happy Birthday untukku tepat jam 12 malam. Selamat ulang tahun sayang, sambil mengecup keningku. Semoga cepat terlepas dari rasa sakitmu dan apa yang kau inginkan akan terwujud. Terima kasih Bejo, aku tidak pernah menyangka kamu akan datang , aku pikir seperti biasa hanya telepon dan keesokan paginya baru kamu datang. Aku ingin kasih kamu sesuatu yang berbeda, apa lagi untuk calon istriku. Sambil menunjukan cincin yang Bejo bawa untukku, maukah kamu bertunangan dengan ku Gendis..?. Hanya air mata yang kusematkan dipipiku aku tak mampu berkata jelas. Bejo… aku mau, sambil memeluk Bejo. Dan Bejo pun memakaikan cincinya di jari manisku.
          Sesampainya di villa aku merasa lega entah kenapa aku merasa semua bebanku terlepas hilang tertiup angin, acara sudah mau di mulai sayang, semua sudah berkumpul di dalam, suara Bejo yang tiba-tiba muncul diiringi sebuah kecupan dipipiku dan memelukku. Bejo…kamu harus berjanji, apapun yang terjadi nanti dengan aku kamu tidak boleh menangis. Iya aku janji sayang. Apa pun yang terjadi aku tidak akan pernah menangis, dan aku juga tidak akan pernah pergi dari sisimu.
          Akhirnya acara selesai juga, sungguh aku lelah tapi aku senang. Yang lain sedang asik bermain. Disini hanya ada aku Bejo dan dua sahabatku, kami bicara panjang lebar. Kali ini aku yang banyak bicara, aku hanya ingin mengucapkan terimakasih sama kalian semua, karena kalian sudah jadi yang terbaik, jadi pacar yang setia, jadi teman bahkan saudara. Terima kasih karena sudah membantuku mewujudkan mimpi terakhirku. Mereka menangis sambil memeluk aku, tiba-tiba saja aku tak ingat apa-apa, yang aku ingat malaikat sudah menjemputku. “GENDIS” semua berteriak, semua menangis meratapi kepergianku, raut wajah kesedihan tampak jelas terlihat di wajah orang-orang yang aku sayangi. Sebelum aku benar-benar pergi izinkan aku TUHAN untuk memeluk mereka orang-orang yang aku kasihi, sampai akhirnya aku benar-benar telah pergi ke dunia lain.
          Satu tahun setelah kepergian Gendis, Bejo datang ke makam Gendis dengan membawa kotak kecil yang di ikat rapih dengan pita. Dis, aku datang dengan membawa hadiah untukmu, ini foto-foto terakhir kebersamaan kita sebelum kepergianmu satu tahun yang lalu, aku belum sempat memberi tahumu. Fotonya lucu-lucu, apa lagi kamu terlihat sehat sampai-sampai aku nggak pernah menyangka kamu menderita kangker tulang. Sebenarnya aku tahu sejak awal,saat itu aku tiba-tiba menghilang selama satu bulan karena aku tidak bisa terima orang yang aku sayangi menderita penyakit separah ini. Aku tahu dari mama dan dari dokter yang memeriksa kamu. Maafkan aku jika aku menyia-nyiakan kamu waktu itu. Makanya aku ingin tebus semua kesalahanku dan aku akan membuatmu bahagia sampai akhirnya kamu telah pergi untuk selamanya. Jika ada hal yang terindah dalam hidupku aku yakin hanya kamu yang terindah, jika aku boleh memutar waktuku lagi aku yakin hanya kamu yang aku pinta kembali. Tenanglah disana, dimana kamu tidak pernah merasa sakit. Aku akan menjaga kenangan kita untuk selamanya.

0 komentar: